Sore ini aku mau kunjung ke Masjid Nasional Al-Akbar
Surabaya untuk bertemu dengan remas yang saat ini lagi bertugas di sana.
Berangkat dari rumah jam 16.15. Ketika perjalanan di sana serasa padat dan
macet, sebab kondisi ini sebagian pulang kerja, mencari tempat untuk berbuka
puasa dan seterusnya. Sampai di jalan Ahmad Yani setidaknya padat macet dan
perlu ekstra hati-hati biar tidak mengalami kecelakaan.
Kini
aku telah sampai di jalan Gayungsari dan sebelumnya ke Masjid sempat membeli
tisu di Alfamart. Tadinya mau bawa tisu di rumah, dan cek kembali tas satu
persatu, rupanya tidak membawa tisu. Agar tidak meminjam biar aku beli tisunya
dan bayar ke kasirnya. Keluar dari Alfamart dilanjutkan perjalanan ke Masjid
Agung Al-Akbar Surabaya.
Ditengah
perjalanan ada polisi yang mengikuti arah kepada penguna kendaraan. Ia mengarah
lurus tanpa membelok kanan jalannya. Mutar balik jalannya. Tiba sampai pula ke
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dengan kondisi ramai ditambah stand bazar
yang berkeliaran di Jalan.
Baru
pertama kali mengunjungi Masjid Agung setelah mengalami masa yang padat dan
biasanya hampir pasrah bila kondisinya memang begitu. Masuk di ruang parkir dan
jangan lupa masukan kunci, masker, dan karcis ke dalam tas tersebut. Baru lihat
dari jalan masuk menuju air mancur ada tausiyah akbar. Entah tak tahu ada acara
yang jelas sebagai pengantar hiburan sebelum waktu berbuka puasa.
Aku
masuk di dalam bundaran Masjid. Lepas sepatu dan kaos kaki dan taruh di
lemarinya kemudian langsung menuju ke tempat pelayanan infaq dan sedekah. Ternyata
ada mbak Tatik, Mas Arif, dan kawan-kawan remas lainnya yang siap menjalankan
tugas yakni membagikan takjil pada warga sekitar.
Aku
mengambil gelas dan air putihnya lalu membawa ke lantai. Duduk dengan santai kemudian
tiba-tiba menengok ke belakang gelasnya tumpah. Tanpa berpikir panjang aku
mengambil tisu terus bersihkan air secara satu persatu lalu buang ke tempat
sampah sampai lantai sudah beres.
Adzan
mulai berkumadang akhirnya tiba berbuka puasa dengan memakan kurma, dan minum
air putihnya. Dan segera bergegas mengambil air wudhu kemudian menuju ke dalam
untuk melakukan shalat maghrib secara berjamaah.
Saat
shalat maghrib berlangsung jumlah jamaah hampir meningkat drastis. Selepas shalat
langsung ke pintu selatan dan mengambil takjil berbuka puasa. Hampir berkali-kali
merebut takjil sambil senggal-senggol orang dan akhirnya aku mendapatkannya. Di
tengah menguras tenaga akhirnya ia bisa makan bareng di Remas Al-Akbar
Surabaya.
Mas
Hadi sebagai ketua baru Remas datang ditengah kebersamaan. Ia sempat
berbincang-bincang tentang hasil sementara kegiatan donasi baksos tersebut. Dana
terkumpul sekitar kurang lebih Rp 5.000.000,00 dan terus berkumpul dana dengan
menyalurkan kupon yang berinfaq Rp 10.000,00 kepada warga yang mampu. Sayang sekali
aku dikasih amanah untuk memberi kupon dan mempromosi donasi baksos yang akan
disalurkan oleh Masjid Al-Akbar Surabaya. Kawan-kawan lainnya mengambil posisi
di tempat yang disiagakan.
Sedangkan
aku dan Mas Hadi langsung menuju di ruang utama Masjid untuk menunaikan ibadah
Shalat Isya dan Tarawih. Seperti biasanya pertama menunaikan ibadah shalat isya
terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan ceramah tarawih. Ceramah ini mengambil
tema Puasa sebagai traning keikhlasan. Ustadz Syarif
mengatakan “barang siapa
yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan maka ia menambah iman kepada allah SWT. Oleh
karena itu puasa tak hanya lapar dan dahaga tetapi menjalankan puasa perilaku,
ucapan, dan perbuatan.”
Ceramah
tarawih hampir usai. Selanjutnya dilanjutkan dengan shalat tarawih. Sesi
pertama 8 rakaat disertai shalat witir secara sendiri-sendiri dan sesi kedua 20
rakaat ditambah shalat witir berjamaah 3 rakaat. Selepas shalat aku langsung
keluar.
Sebelum
pulang di dalam ada Mbak Okta, Kak Ratnawa, dan kawan-kawan remas lainnya yang
siap menemani istirahat seusai shalat tarawih. Ada kue yang bawa dan siap
disantap. Malam ini ada agenda Syair dan Syiar dilantunkan oleh Neo Letto dan
dibarengi Imam Chambali. Sayang aku harus kembali ke Rumah karena takut
kemalaman. Ditengah melangkah mengambil sepatu tanpa menduga bendanya hampir
tercecer. Cek satu persatu sepatunya, akhirnya pulang tanpa mengenakan sepatu
melainkan kembali dengan menyeker. Ini sudah kedua kalinya kehilangan sepatu
dan sandal gunung di Bulan Ramadhan.
Surabaya,
3 Juni 2017
#NulisRandom2017
#Hariketiga
#Hariketiga
#Ramadhan143H
#FLPSurabaya
Comments
Post a Comment